Menggali Kearifan Adat Minangkabau
Koto Panjang – Senin, 15 September 2025 Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Koto Panjang kembali mengadakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yaitu Niniak Mamak dan Bundo Kanduang Masuak Kasakola sebagai bagian dari upaya menanamkan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau kepada generasi muda. Kegiatan ini menghadirkan pemateri Bapak H. Yuharsi Dt. Penghulu Rajo, salah seorang tokoh adat yang dikenal luas dalam masyarakat.
Dalam penyampaiannya, beliau mengangkat materi penting bertajuk “Tahu Jo Nan Ompek”, yaitu empat hal pokok dalam adat Minangkabau yang menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.
Beliau menjelaskan bahwa dalam pergaulan, seseorang harus memegang empat sifat utama, yaitu malu, sopan, raso, dan pariso.
Malu menjadi benteng diri,
Sopan menjaga tutur kata,
Raso menumbuhkan empati,
Pariso menjadi dasar kehati-hatian dalam bertindak.
Keempat sifat ini menjadi pondasi agar hubungan antarsesama berjalan harmonis.
Adat Minangkabau mengajarkan empat jenis perkataan yang harus dipahami dan dijaga, yakni kato pusako, kato mufakat, kato dahulu, dan kato kudian. Dengan memahami hal ini, seseorang akan mampu menempatkan ucapan pada tempatnya, sehingga terjalin komunikasi yang baik dan beradab.
Selain itu, pemateri juga menjelaskan empat langgam dalam berbicara, yaitu kato mandaki, manurun, mandata, dan malereng. Semua itu menuntun masyarakat Minangkabau untuk bijak menyesuaikan bahasa dengan lawan bicara—baik dengan orang tua, sebaya, bawahan, maupun dengan pihak luar.
Terakhir, beliau menekankan tentang keberadaan urang nan ampek jinih dalam adat, yang memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan kaum dan nagari:
Panghulu sebagai pimpinan (berbaju hitam),
Dubalang jo ompang limo sebagai pengawal (berbaju merah),
Manti sebagai orang berilmu dan penasehat,
Malin sebagai ahli agama (qadi, imam, bilal/pemanggil, serta khatib).
Menanamkan Nilai Adat pada Generasi Muda
Melalui kegiatan ini, para siswa MTI Koto Panjang diharapkan tidak hanya memahami ilmu agama dan umum, tetapi juga mewarisi nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang luhur. “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Itulah pegangan hidup urang Minang, yang harus kita jaga bersama,” ungkap H. Yuharsi Dt. Penghulu Rajo dalam penutup materinya.
Kegiatan Niniak Mamak Kasakola ini mendapat apresiasi dari guru dan siswa karena memberikan wawasan yang berharga, serta memperkuat identitas generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya sendiri.
Beri Komentar